SELAMAT DATANG DI...

>>> IPOET SITES <<<

Rabu, 28 Desember 2016

Perjalanan Kehidupan Mahasiswa Arsitektur

     Sekian laaaaaaaaaaaaaaaama saya tidak pernah post tulisan lagi di blog ini. Bukan karena saya berhenti atau sudah berpindah dimensi, tetapi karena judul diatas. Ya, kali ini saya akan berbagi kisah sebuah perjalanan yang mungkin bisa dijadikan gambaran untuk kawan - kawan yang akan menduduki bangku kuliah, terutama bagi yang sedang mengincar kursi (maaf yang benar meja gambar / meja kerja) di jurusan Arsitektur.

     Bertepatan dengan akhir taun ini, H - Sekian bulan menjelang kelulusan kawan - kawan yang berada di kelas 12 SMA / kelas 3 SMA tentunya kalian sudah menentukan dan memikirkan matang-matang "Kemana setelah lulus nanti", langsung kerja? langsung nikah? atau kuliah?. Bagi kamu yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi khususnya di jurusan arsitektur, silahkan simak cerita kehidupan berikut yang saya alami di jurusan Arsitektur yang khalayak umum anggap jurusan kuliah yang bergengsi, menjanjikan, dan berkelas. 


 
TUGAS
      Di awal kuliah mungkin masih terasa biasa-biasa saja, damai, sejahtera, bahagia, dan ceria. Namun semua berubah ketika "TUGAS" menyerang. Begitulah alur cerita tiap semester yang harus dialami oleh tiap mahasiswa arsitektur. Jangan dibayangkan tugas disini hanya menggambar bangunan yang bentuknya bagus, indah dan menarik, ENGGAK sob!. Tugas kita merancang bangunan dari ujung atap sampar dasar pondasi, kita yang tentukan. Dalam merancang bangunan kita biasanya memakan waktu berhari-hari hanya untuk menentukan konsep dan bentuk bangunan, belum segala macemnya. Dalam waktu satu semester kita dituntut untuk menyelesaikan satu desain bangunan dari rancangan konsep hingga gambar kerja arsitekturnya.

"cuma gitu aja?"
 
itu baru Tugas Besar sob, belum tugas kecil lainya yang tentunya banyak (seperti yang dikabarkan orang-orang) dan ribet. Perlu survey lapangan lah, perlu studi literatur lah, perlu wawancara lah, perlu ini itu lah.

JARANG TIDUR DAN HAMPIR GAK ADA LIBUR
     Dengan banyaknya tugas yang mencintai dan menyayangi kita tentunya setiap saat yang ada dipikiran adalah "tugas".

"sayang.. kamu pasti lagi mikirin aku ya?". Enggak beb.. lagi mikir tugas ini
"bro.. udah pagi masih ngerjain tugas aja, enggak tidur apa?". Ha.. tidur? itu apa ya?

Banyak tugas dan deadline yang mengantri untuk dikerjakan menyita banyak waktu hidup kita sehingga mengharuskan kita untuk lembur, lembur, dan lembur. Bahkan di hari sabtu dan minggu dimana manusia normal pada umumnya bersantai melepas penatnya bersama keluarga atau pacar tercinta, kita masih harus lembur dan bermesraan dengan "tugas". Berbahagialah jomblowan / jomblowati karena kalian punya nilai plus disini.

ASISTENSI TUGAS TIAP MINGGUNYA
     Tugas Besar seperti yang sudah di sebutkan di awal perlu adanya bimbingan atau nama kerennya asistensi dari dosen pembimbing tiap minggunya. Jika ada 3 mata kuliah yang mengeluarkan tugas besar artinya ada 3 tugas besar yang berbeda harus di asistensi. Dan asistensi ini enggak 1 kali di acc sob! revisi dimana-mana karena tuntutan dan keinginan dosen pembimbing itu pasti. Sampai disini sudah kebayangkan tugas dan revisi tiap minggunya sebanyak apa?

UANGNYA BANYAK TAPI HABIS BUAT KULIAH
     Terkadang orang tua kita sampai curiga uang sakunya disalahgunakan. Karena uang yang diberi sudah cukup untuk makan 3 kali sehari, bensin untuk transport sehari-hari, dan pulsa untuk komunikasi, tapi masih saja minta uang tambahan yang jumlahnya tidak sedikit. Ketahuilah pengeluaran kita tidak hanya itu, disamping biaya hidup dan uang kuliah yang dibayarkan tiap semesternya kita punya pengeluaran khusus untuk tugas bahkan disaat genting dan butuh uang cepat untuk menyelesaikan tugas kita harus rela mengambil uang jatah makan kita.

     Anggap saja tiap minggu paling sedikit kita asistensi 1 tugas besar (biasanya saya 2-3 tugas besar). Misalnya dalam 1 berkas tugas besar ada 20 gambar rancangan berukuran A2 yang perlu diasistensi. Untuk nge-plot (istilah awamnya di print) satu lembar kertas A2 harganya berkisar Rp 7.000,-. Jadi tiap minggunya kita mengeluarkan biaya sebesar Rp 140.000,- hanya untuk asistensi 1 berkas tugas besar yang akhirnya direvisi (dicoret-coret sama dosen pembimbing) hingga waktu pengumpulan tugas besar (sebelum UAS). 

     Diatas itu baru untuk berkas tugas besar sob! belum yang namanya Maket. Maket ada 2 jenis, Maket Studi dan yang paling ngabisin duit itu namanya Maket Final (saya tidak akan menyebutkan harga keseluruhannya). Sebagai gambaran saja harga 3 buah pohon setinggi 5 meter dengan skala 1:100 bisa untuk beli satu porsi nasi padang dengan lauk rendang beserta minumnya. Untuk bahan lainnya? bahan maket bangunannya? aksesoris lainnya? cari tau aja sendiri di toko bahan maket sob.

SALAH SATU MATA KULIAH WAJIB GAGAL / MENGULANG = KELULUSAN MUNDUR
     Dalam jurusan arsitektur yang saya jalani ada 3 mata kuliah wajib yang harus berjalan bersama karena materi dan tugasnya saling berkaitan. Sebut saja Studio Arsitektur, Pemrograman Arsitektur, dan Perancangan Konstruksi. Misalkan saat semester 3 matakuliah Pemrograman Arsitektur 3 gagal, artinya di semester 4 tidak bisa mengambil mata kuliah Studio Ars. 4 dan Per. Konstruksi 4. Harus menyelesaikan / mengulangi Pemrograman Ars. 3 hingga mata kuliah tersebut lulus baru bisa mengambil Studio Ars. 4, Pemrograman Ars. 4, dan Per. Konstruksi 4. Jika hanya mengulang sekali artinya kelulusan / wisuda kita mundur 1 semester sob. Jangan berharap ada semester pendek untuk perbaikan mata kuliah yang gagal, kalo gagal ya ngulang lagi semester depan sob.

MEMPELAJARI BERBAGAI MACAM DISIPLIN ILMU
     Orang-orang awam menganggap bahwa belajar arsitektur hanya mempelajari tentang perhtiungan matematis, fisika, mekanika teknik, dan menggambar yang bagus. Enggak sob!, kita juga belajar berbagai macam disiplin ilmu. Perlu diketahui bahwa arsitek merancang bangunan untuk manusia, hewan dan makhluk hidup yang ada di dunia. Mau ga mau kita belajar psikologi tentang dampak psikis suatu bangunan / ruang terhadap penggunanya (umumnya manusia), mau ga mau kita belajar ilmu lingkungan karena arsitek merancang bangunan diatas lingkungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya, mau ga mau kita belajar tentang hukum administrasi peraturan-peraturan menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat beserta standard-standard yang ditetapkan dalam merancang bangunan, mau ga mau kita belajar akutansi dari rencana anggaran biaya hingga manajemen cash flow karena membangun gedung membutuhkan uang yang jumlahnya sangat besar sehingga dalam merencanakan keuangan harus sangat hati-hati dan teliti, mau ga mau kita belajar bisnis untuk analisis kelayakan proyek karena untuk proyek skala menengah keatas sangat jarang arsitek menerima fee / bayaran berupa fresh money, mau ga mau kita belajar banyak budaya nusantara untuk mengembangkan arsitektur lokal agar tidak tergerus oleh arsitektur bangsa luar (sampai banyak mahasiswa arsitektur dan aktivis yang rela ke plosok negeri hanya untuk menggali dan mempelajari budaya lokal yang merupakan warisan arsitektur nusantara), dan disiplin ilmu lainnya.

SETELAH LULUS KULIAH MAU KERJA DIMANA?
     Banyak orang berpikiran "jadi arsitek pasti bayarannya gede duitnya banyak", iya bener sob! kalau setelah lulus emang bener-bener sanggup bersaing dan bertahan di dunia bisnis konstruksi. Untuk kamu yang beruntung alias orang tuanya punya kenalan / istilahnya channel dibidang bisnis konstruksi kamu bisa lebih terbantu sob. Tapi kalau kamu benar-benar masih polos dalam bisnis konstruksi bersiap-siaplah menerjang samudera yang ganas dengan perahu kecil sob. Karena untuk merintis nama / istilah kerennya branding skill yang kamu punya dibidang bisnis konstruksi tidaklah semudah mendaki gunung sob, kamu harus berjuang seperti memanjat tebing yang curam sekali jatuh banyak yang dipertaruhkan. Kamu harus bersusah payah memenangkan tender proyek dan bersaing dengan orang-orang yang sudah punya nama besar.

     Sebagian besar kakak angkatan saya yang sudah lulus dan menyandang gelar Sarjana Arsitektur kini banyak yang menganggur berlarut-larut, sekalipun ada yang benar-benar berprofesi sebagai arsitek hanya sebagian saja. Banyak juga yang mendapat pekerjaan namun tidak sesuai dengan bidangnya, ada yang menjadi pialang saham di bank, ada yang menjadi akuntan, ada yang membuka usaha cafe (yang berduit dari sananya), dll

     Dan begitulah sepenggal kisah tentang Perjalanan Kehidupan Mahasiswa Arsitektur yang sedang berjuang demi karirnya, demi membanggakan orang tuanya, dan demi masa depannya kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar